IKN Menuju HUT RI ke-80: Ambisi Besar, Realita yang Masih Bertanya-tanya

Ketika pemerintah mengumumkan bahwa upacara Hari Kemerdekaan ke-80 Republik Indonesia akan digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN) pada 17 Agustus 2025, banyak yang memandangnya sebagai simbol penting: tonggak awal lahirnya era baru. Tapi di balik semangat itu, muncul pertanyaan besar — apakah IKN benar-benar siap?


Panggung Merah Putih di Tengah Proyek yang Belum Rampung

Per 31 Mei 2025, progres pembangunan IKN baru mencapai 84,3% untuk Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP), menurut data dari Kementerian PUPR. Proyek seperti Istana Presiden, Kantor Kementerian Koordinator, Lapangan Upacara, dan Hunian ASN disebut "on-track", tetapi beberapa masih dalam tahap penyelesaian akhir.

Kepala Otorita IKN, Bambang Susantono (sebelum mundur pada Mei 2024), menyatakan bahwa pembangunan tahap awal dirancang agar “fungsional minimum” pada Agustus 2025, bukan selesai total. Namun, pengamat kebijakan publik seperti Emil Salim menilai bahwa mengejar seremoni dengan kondisi belum matang justru berisiko “menegaskan kesan proyek instan.”


Antara Simbol dan Kesiapan

Pemerintah punya alasan kuat: momentum politik dan simbolik. Presiden Jokowi dalam berbagai kesempatan menekankan bahwa upacara di IKN adalah bukti bahwa “semangat pemerataan pembangunan” bukan sekadar jargon.

Namun, kesiapan bukan cuma soal bisa atau tidaknya menggelar upacara. Kota seharusnya lebih dari panggung — ia harus hidup. Hingga kini, dari 16 tower hunian ASN yang ditargetkan rampung, baru 6 tower yang sudah dapat digunakan per Juni 2025 (data dari Dirjen Perumahan Kementerian PUPR).

Listrik dan air bersih juga belum merata. PLN baru menyelesaikan sekitar 70% jaringan distribusi utama, dan SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Sepaku masih dalam tahap uji coba kapasitas penuh.


Catatan dari Sudut Pandang Lingkungan

Bagi pegiat lingkungan, pembangunan kilat ini menyisakan banyak catatan. Laporan dari WALHI Kaltim menyebutkan bahwa sekitar 3.000 hektare hutan sekunder sudah dibuka untuk tahap awal pembangunan IKN. Ini berdampak langsung pada habitat orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) yang statusnya terancam punah menurut IUCN Red List.

Menurut Nina Septina, peneliti lingkungan dari UGM, “Proyek IKN masih belum punya peta jalan mitigasi dampak ekologis yang jelas. Yang ada baru sekadar dokumen Amdal yang tidak implementatif.”


✳️Anak Muda: Penonton atau Pemilik Masa Depan?

Sebagai generasi yang akan paling lama hidup bersama IKN, anak muda perlu lebih terlibat — bukan sekadar jadi penonton pembangunan. Apa yang sedang dibangun hari ini akan membentuk gaya hidup, ekosistem sosial, dan beban ekologis generasi mendatang.

Survei oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) Maret 2025 menunjukkan bahwa 61% anak muda usia 18–30 tahun masih “ragu atau tidak tahu” soal manfaat langsung dari IKN terhadap kehidupan mereka. Ini sinyal bahwa komunikasi proyek belum menyentuh ranah aspirasi generasi penerus.

Momen HUT RI ke-80 di IKN seharusnya bukan hanya jadi selebrasi, tapi juga refleksi: kota macam apa yang sebenarnya ingin kita wariskan? Apakah hanya simbol ambisi politik, atau benar-benar tempat hidup yang berkelanjutan?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Raja Ampat Dikorbankan: Surga Laut Dunia yang Terancam Tambang Nikel

Scroll Terus, Cemas Terus: Mental Remaja Retak di Era Digital dan Krisis Iklim

Stop Normalisasi Merokok di Dekat Non-Perokok: Karena Risiko Kesehatan Mereka Justru Lebih Besar