ASN Sudah Pindah ke IKN, Tapi Apakah Kota Ini Sudah Siap Jadi Tempat Tinggal?
Setelah bertahun-tahun menjadi proyek strategis nasional, Ibu Kota Nusantara (IKN) akhirnya menyambut gelombang pertama aparatur sipil negara (ASN) mulai pertengahan 2025. Pemerintah menyebut ini sebagai “awal dari kehidupan kota baru,” tapi realitas di lapangan menunjukkan bahwa IKN masih lebih mirip kawasan konstruksi dibanding kota layak huni.
Pertanyaannya bukan lagi sekadar siap pindah atau belum — tapi apakah kota ini benar-benar siap ditinggali?
---
ASN Sudah Datang, Tapi Dimana Mereka Akan Tinggal?
Menurut data Kementerian PUPR, dari target 47 tower hunian ASN tahap awal, baru sekitar 6 tower yang telah benar-benar siap huni hingga Juni 2025. Sisa unit masih dalam tahap konstruksi dan finishing. Beberapa ASN bahkan dilaporkan harus tinggal sementara di Balikpapan atau di rumah sewa non-dinas karena keterbatasan unit.
Kondisi ini memunculkan paradoks: kota yang dibangun dari nol, tapi tidak sepenuhnya siap untuk menyambut penduduk pertamanya.
---
Listrik Ada, Tapi Air Bersih Masih Bermasalah
Sistem kelistrikan IKN ditopang oleh PLTA Kayan dan pembangkit darurat, dan secara teknis sudah cukup stabil. Namun, distribusi air bersih jadi tantangan besar. SPAM (Sistem Penyediaan Air Minum) Sepaku Baru belum sepenuhnya beroperasi optimal, sementara air tanah lokal belum memenuhi standar kelayakan konsumsi.
Badan Otorita IKN mengakui bahwa tantangan logistik dan eksekusi di lapangan lebih kompleks dari yang direncanakan. Terutama karena banyak pemasok konstruksi dan utilitas harus mengirimkan material lintas pulau, dengan waktu tunggu dan biaya tinggi.
---
Kota yang Ramah ASN, Tapi Belum Ramah Keluarga
Banyak ASN yang pindah tanpa membawa keluarga, karena belum ada cukup fasilitas pendidikan, layanan kesehatan, maupun tempat hiburan. Padahal, aspek-aspek ini penting jika IKN ingin berkembang sebagai kota sesungguhnya, bukan hanya pusat birokrasi.
Menurut data dari BPS & KemenPAN-RB, dari 16.990 ASN yang dijadwalkan pindah di tahap pertama, hanya sekitar 23% yang berencana membawa keluarganya dalam dua tahun pertama.
---
Sudut Pandang Anak Muda & Pegiat Lingkungan
Dari sisi anak muda, narasi IKN sebagai smart, livable city masih terasa jauh. Mobilitas terbatas, ruang publik belum berkembang, dan orientasi kota masih terfokus pada fungsi pemerintahan — belum kehidupan warga sipil.
Sementara itu, pegiat lingkungan terus menyoroti dampak pembukaan lahan untuk hunian dan fasilitas baru. Menurut WALHI Kaltim, pembukaan lahan untuk perumahan ASN menambah tekanan terhadap kawasan resapan air dan habitat hutan sekunder di sekitar Sepaku.
---
๐งญ Refleksi: Pindah Dulu, Hidup Nanti?
Pemindahan ASN tahap pertama adalah langkah besar dalam proyek IKN. Tapi kota tidak dibangun dari gedung pemerintahan saja. Kota adalah tentang orang-orang yang hidup di dalamnya — dan kehidupan mereka bergantung pada hal-hal mendasar: air, tempat tinggal, sekolah, ruang hijau, dan komunitas.
Bila pembangunan infrastruktur sosial tidak segera menyusul, maka yang terjadi bukan transformasi, tapi transisi yang terburu-buru.
Komentar
Posting Komentar